Laman

Sabtu, 20 Maret 2010

Sarana Penolak Santet

Pertarungan antara kekuatan baik dan jahat tak pernah henti. Demikian juga di alam persantetan. Munculnya kekuatan jahat diimbangi oleh munculnya kekuatan baik para penyembuh. Berbarengan dengan itu tercipta sarana-sarana penangkal santet baik fisik maupun non fisik. Seperti netralisator, cermin, kertas isi rapalan, ataupun pembukaan cakra tubuh.

Tanpa sebab yang jelas, tiba-tiba Agus (43) merasa tangannya sakit luar biasa. "Seperti tersengat aliran listrik," akunya. Jika lagi kambuh, wiraswastawan muda ini sampai mengerang-erang menahan sakit. Sejak dua minggu terakhir, terasa ada sesuatu yang mengganjal di tangan kanannya. Namun ia tidak tahu apa penyebabnya dan mengapa hal itu bisa terjadi. Yang jelas kondisi tangannya semakin parah, apalagi kalau digerakan.

Tak tahu harus berbuat apa, lelaki asal Semarang ini akhirnya minta bantuan "orang pintar". Dari hasil "diagnosis" diketahui ada sesuatu di dalam tubuhnya yang membuat tangannya sukar digerakkan. Dengan menggunakan telur angsa dan ubarampenya, orang pintar tadi mencoba mengeluarkan "sesuatu" tersebut. Sesudah telur angsa dan ubarampe itu ditanam selama tujuh hari, dari dalamnya keluar pernak-pernik yang tidak lazim. Jarum, parfum, ani-ani, kaca, uang koin, dan kulit harimau. Berbarengan dengan itu sedikit demi sedikit rasa ngilu yang mendera tangan pun berkurang. Aneh bin ajaib, tiga hari kemudian rasa sakit pun lenyap.

Pengalaman agak berbeda dialami Ade (nama samaran) asal Cirebon. Suatu ketika ia menderita penyakit misterius. Tak satu pun dokter yang mampu mengobatinya. Ketika berkonsultasi dengan seorang penyembuh, ia disarankan untuk mandi di bak air yang sebelumnya diisi ikan emas. Kendati tak begitu paham, ia melakukan saja anjuran itu. Lagi-lagi terjadi keanehan. Setiap kali bak mandi itu diberi ikan emas, 2 - 3 jam kemudian ikan segar itu kontan mati. Kejadian ini berulang-ulang, sampai akhirnya untuk kesekian kalinya ikan emas yang dimasukkan ke dalam bak tidak lagi mati. Ketika kemudian air bak itu digunakan untuk mandi, keluhan sakitnya lantas lenyap.

Cerita di atas bukan isapan jempol lantaran dituturkan sendiri oleh si orang pintar dan penyembuh dalam cerita itu. Keduanya adalah Ibu Iin Sp, paranormal asal Bekasi dan Romo Lukman Handoyo, rohaniwan yang menggeluti paranormal dengan caranya sendiri.

____________________________________________________________________

Induksi negatif

Kendati tampaknya tak masuk akal, kejadian macam itu masih sering dijumpai di tengah-tengah masyarakat. Bentuknya bisa macam-macam. Tetapi umumnya bertujuan untuk mencelakakan orang lain dengan cara tidak wajar. Oleh sementara kalangan fenomena ini disebut santet.
Secara lebih jelas, Iin menyebut santet sebagai benda yang dikirim seseorang untuk mencelakakan orang lain. Tujuannya untuk membuat orang menderita, sakit, bahkan meninggal dunia.

Namun, Drs. IGK. Putra Wirawan, terapis dan penyembuh dengan kekuatan prana "Prana Murti" punya pandangan sedikit lain. Menurut pria yang bertutur kata lembut ini santet adalah suatu usaha atau perbuatan mempengaruhi atau mengganggu orang lain dengan tujuan tidak baik, menggunakan benda nyata atau kekuatan yang tidak kelihatan. Lain lagi dengan Romo Lukman. Menurutnya, santet tak lebih dari induksi negatif yang ditujukan untuk mencelakakan orang lain. Atau energi alam yang dipermainkan secara tidak wajar.

Pangkal tumbuh kembangnya santet umumnya rasa sakit hati; yang entah disadari ataupun tidak, menjadi bagian dari relasi antarmanusia. Misalnya, orang sudah berbuat baik, tetapi bisa saja di mata orang lain perbuatan itu diartikan lain. Ketika kemudian muncul kebencian yang tidak bisa diselesaikan melalui cara-cara baik, orang bisa saja berpaling ke santet.

Sudah pasti cara ini menyimpang. Oleh karena itu bentuk-bentuk penyantetanpun menjadi tak lumrah. Misalnya dengan mengirimkan sesuatu dengan cara mengendalikan dari jarak jauh. Wujudnya bisa jarum, ani-ani, silet, gabah, kaca, rambut. "Kalau dikirim silet badan terasa tersayat-sayat, sedang rambut akan membuat mual," papar Iin.

Dalam proses pengiriman itu, umumnya si penyantet mempelajari lebih dulu kelemahan-kelemahan calon korban. Pelaksanaan tindak ini pun bermacam-macam waktunya. Mungkin saat hari kematian orang tua atau saudara dekat, bisa juga saat korban dilanda perasaan galau. Romo Lukman melihat malam hari adalah situasi rawan buat korban santet. Alasannya, pada saat itu orang menjadi kurang aktif sementara di alam terjadi perubahan magnetik yang membuat gelombang santet bisa berjalan dengan mudah.
Atas dasar pengalaman sebagai pengusada (penyembuh) berbagai penyakit fisik dan nonfisik, Putra Wirawan membagi penyantet menjadi dua kelompok. Penyantet profesional dan tidak profesional. Yang profesional pun masih dibagi dua lagi. Pertama, bisa langsung menyantet dengan kekuatan batin. Kedua, baru bisa menyantet dengan menggunakan sarana. Misalnya minyak, silet, jarum, paku, kawat, benang, kayu peti mati, bunga orang mati, dll. Menurut Putra Wirawan benda-benda yang dikirim dengan bantuan makhluk halus itu mengalami proses dematerialisasi (perubahan bentuk). "Pada saat dipegang oleh si penyantet benda-benda yang akan dikirim itu masih berujud nyata, tetapi dalam perjalanan menuju sasaran bentuk menjadi tak kasat mata. Setelah sampai sasaran benda itu kembali seperti sediakala," jelas Putra.

Sedang dalam kelompok penyantet yang tidak profesional biasanya diperlukan orang lain untuk "menanam" sarana santet diam-diam. Jika tidak sempat "ditanam" maka cukup dilemparkan saja ke halaman rumah korban.

Lukman melihat proses penyantetan bukanlah sesuatu yang "gelap" dan mistis. "Itu ilmiah, bisa dilogikakan semacam proses elektrodinamika" katanya. Manusia tertentu, katanya, punya potensi mengubah materi menjadi energi. Dengan kemampuan tertentu pula energi itu dikirimkan ke tubuh korban lewat proses elektrodinamika. Karena pada dasarnya tubuh manusia mengandung muatan-muatan listrik, korban akan tidak kuat menahan kiriman energi yang mengenai tubuhnya. Oleh karena itulah korban lalu menjadi sakit.

____________________________________________________________________

Netralisator, telur angsa

Yang jelas, para penyembuh tak menyerah begitu saja pada kekuatan jahat itu. Romo Lukman punya netralisator. Alat yang terbuat dari tembaga ini berukuran panjang 7 cm, tebal 2 cm, berujud kumparan dengan berbagai bentuk dan memiliki daya elektrostatiska untuk menyerap dan menetralkan energi yang berlebihan. Di mata ahli elektronika, bentuk-bentuk alat netralisator itu masuk akal. "Ini bisa berfungsi sebagai stabilisator yang mengeluarkan induksi elektrostatis untuk menetralkan," ujar ahli itu seperti diceritakan Romo Lukman.

"Dari pengalaman saya, rumah yang sudah dipasangi alat ini sulit untuk mendapatkan gangguan. Kalaupun ada unsur santet yang masuk, dalam tiga hari akan hilang," papar rohaniawan yang bertugas di Purworejo ini. Baginya tidak ada tendensi apapun dibalik pembuatan alat-alat netralisator ini. Alat ini bekerja secara positif dengan cara menyerap dan menetralkan gelombang-gelombang magnetis yang merugikan bagi penghuni rumah.

Siapa pun yang mau, rumahnya bisa dipasangi alat netralisator ini. Hanya saja, untuk menentukan tempat pemasangan yang tepat hanya Romo Lukman dan murid-muridnya saja yang tahu. "Soalnya, kalau penempatannya tidak tepat, fungsinya malah jadi terbalik," katanya. Untuk pemasangan ini yang bersangkutan harus datang dengan membawa denah rumah. Dari denah yang merupakan proyeksi rumah sebenarnya ini, lalu dilakukan deteksi telepatis. "Cara ini bisa lebih cepat dan teliti," tandasnya. Meski tak tertutup kemungkinan dalam pendeteksian itu ditemukan gelombang-gelombang aneh. Kalau ini yang terjadi, pria yang sudah berpengalaman selama 30 tahun sebagai penyembuh itu akan mengorek keterangan lebih dalam dari pemilik rumah. Misalnya, soal kondisi sekitar rumah. Bahkan, jika diperlukan rumah yang bersangkutan bisa didatangi.
Netralisator karya Romo Lukman bisa juga dipakai untuk "menjinakkan" rumah "angker". Pengalaman ini dikisahkan oleh salah seorang pasien. Kepada Romo Lukman pasien ini mengaku meski suaminya sedang bekerja di kantor, seringkali ia merasakan keberadaan suaminya di rumah. Sekelebat bayangan suaminya masih berada di rumah. "Orang Jawa bilang rumah itu angker. Tapi kami melihatnya ada radiasi," kata Romo Lukman. Radiasi itu tak hanya bisa memunculkan bayang-bayang, tetapi juga bisa membuat orang sakit-sakitan dan suka marah karena rumah itu panas. Setelah dipasang alat netralisator bayang-bayang suaminya itu ternyata tak ada lagi.

Dalam skala yang lebih luas, netralisator Romo Lukman bisa diaplikasikan di sektor pertanian maupun peternakan untuk membantu peningkatan volume hasil panen atau produktivitas ternak. Ini pernah diujicobakan pada dua bidang lahan tanah yang sama luasnya dan sama-sama ditanami dengan rumput gajah. Perbedaannya, satu bidang diberi netralisator, sementara bidang lainnya tidak. Usai panen, produksi rumput pada bidang tanah yang diberi netralisator 2 kuintal lebih banyak, dibandingkan dengan panen dari lahan yang tidak diberi netralisator.

Untuk menetralisir gelombang elektrostatis di dalam mobil akibat gesekan udara dan gesekan mesin pun bisa dipakai netralisator khusus yang dipasang di bawah spion kabin sekaligus sebagai hiasan. "Kalau bus penumpang pakai ini, bisa untuk mengurangi jumlah penumpang yang mabuk atau muntah," paparnya.

Kini, ia telah menghasilkan puluhan tipe netralisator. Dalam perkembangannya, netralisator itu terus mengalami penyempurnaan guna meningkatkan tingkat kepekaannya. Dengan alat terbaru misalnya, hanya dibutuhkan satu netralisator sementara dengan alat yang lama diperlukan dua atau tiga.

ASTRA merupakan nama netralisator paling gres. Kalau hanya berpegang pada nama, orang bisa bingung ketika harus mengaitkan nama itu dengan maksud atau kemampuan tertentu. Soalnya, bagi Romo Lukman, nama hampir tak ada artinya kecuali hanya untuk membedakan satu dengan lainnya. "Waktu itu ASTRA (perusahaan otomotif multinasional) sedang jadi bahan berita, ya, terus saya kasih nama ASTRA. Sementara nama Gipsy, tercipta saat saya sedang sakit dan di gips," kata Romo Lukman yang mulai menciptakan alat itu sejak tahun 1976. Dengan maksud membantu mereka yang membutuhkan, alat ini dijual dengan harga relatif murah antara Rp 7.500,- - Rp 15.000,-.

Lain Lukman lain lagi Ibu Nyoman, seorang pengusada prana lain. Ia menggunakan cermin untuk mengusir santet. Cermin itu terbuat dari kaca yang dipotong-potong, kemudian ditempelkan pada bidang yang berbentuk lonjong. Bentuk akhir menjadi semacam cermin hias berbentuk lonjong. Cermin ini bisa digantung di depan rumah. Seperti halnya sifat dasarnya, cermin akan memantulkan segala sesuatu, termasuk kekuatan jahat yang ditujukan ke dalam rumah. "Kekuatan penolakan terhadap santet bisa pula dilakukan dengan 'mengisi' cermin itu dengan kekuatan prana," katanya.
Sementara itu, Ny. Iin punya cara lain dalam menghalau kekuatan jahat, yakni dengan memasukkan "sesuatu" ke dalam botol, disumbat lilin, lalu ditanam di depan rumah. Kadang ia menggunakan telur yang "diisi". "Selama barang itu belum rusak, maka masih bisa digunakan," tandas Iin.

Sedang Putra Wirawan yang sehari-hari rata-rata menerima 10 pasien terkena santet, memberikan pencegahan santet dengan cara membukakan cakra (simpul-simpul kekuatan di dalam tubuh). Setelah dibuka, orang yang bersangkutan akan memiliki kekuatan untuk melindungi dirinya. Bahkan, terhadap kekuatan lain. Misalnya, serangan tenaga dalam, pukulan langsung, maupun usaha pencopetan bisa gagal lantaran terbukanya cakra ini. "Pokoknya serangan fisik dan nonfisik," jelas Putra. Kadang ada juga orang yang datang agar cincinnya diisi lantaran mau merantau atau pergi jauh. Dalam kasus ini Putra Wirawan biasanya mau membantu.

____________________________________________________________________




Tidak ada komentar:

Posting Komentar