Laman

Senin, 22 Maret 2010

Perihal Ikhlas
Sebenarnya gue berharap Bro Iwan09 yang bisa kasih Thread mengenai ini karena pengetahuannya lebih banyak …..
Berikut ini perihal mengenai Ikhlas….. didapat dari beberapa sumber.
Semoga didapat pula beberapa jawaban serta dapat menambah pengetahuan


Al-Hadits
Amal ibadah itu menjadi wujud rupa yang berdiri tegak, sedang ruhnya ialah pada rahasia ikhlas di dalamnya.”

“Manusia itu seluruhnya akan binasa kecuali mereka yang beriman, mereka yang beriman itu seluruhnya binasa kecuali yang beramal, dan mereka yang beramal seluruhnya akan binasa kecuali mereka yang ikhlas”.

Ikhlas berarti: (dengan) hati yang bersih (jujur); tulus hati.

Mengikhlaskan memberikan atau menyerahkan dengan tulus hati; merelakan. Pendefinisian sedemikian dalam praktik kehidupan sudah benar dengan sendirinya. Kalau teman meminjam sesuatu barang, misalnya, barang tersebut yang dipinjam hilang atau rusak, kita memaafkan, merelakan dengan tulus. Itulah Ikhlas.

Ikhlas, dalam pengertian ibadah kepada Tuhan lebih dalam dan lebih tinggi. Dalam beribadah, ikhlas berarti tidak ada peruntukkan selain kepada Tuhan. Murni, tulus, hanya kepada Tuhan (tidak ada pertanyaan dalam diri). Tidak ada selain itu. Tujuan tunggal itulah yang diistilahkan Al-Quran dengan ikhlas.

Kuncian Al-Quran dengan jelas-sejelasnya, ibadah bukan karena atau dipersembahkan kepada malaikat, presiden, orang tua, dan seterusnya. Ikhlas adalah menghadapkan seluruh amal perbuatan batiniah kepada Allah semata, demikian pula dengan amal perbuatan lahiriah (Umar Sulaiman ‘Abdullah al-Asqar: 14).

Ibadah yang kita lakukan hanyalah demi dan kepada Tuhan. Tiada keraguan barang sedikit. Kalaulah misalnya, lantaran malu kepada pimpinan atau kaum kita melakukan doa/ memberi, maka palu tidak ikhlas terpukul otomatis. Ikhlas beribadah atau memberi serta menjalankan sesuatu adalah implementasi keimanan.


Tanda-tanda orang ikhlas, tidak mencari popularitas dan tidak menonjolkan diri, tidak rindu pujian dan tidak terkecoh pujian, tidak silau dan cinta jabatan, tidak diperbudak Imbalan dan balas budi, tidak mudah kecewa, tidak fanatik golongan, ringan, lahab dan Nikmat dalam Beramal, tidak egois karena selalu mementingkan kepentingan bersama, tidak Membeda-bedakan dalam pergaulan didalam kehidupan dan beribadah

Amal ibadah yang terekspresikan pada jasmani sangat erat kaitannya dengan keberadaan rahasia ruhani yang meliputi hati dalam bentuk ikhlas yang menjadi kehidupan amal ibadah. Jika amal ibadah diumpamakan sebagai jasmani, maka ikhlas itu yang menjadi ruhnya. Sebab ibadah yang tidak ikhlas sama dengan jasad yang tak punya ruh, alias mati.

Perlu digarisbawahi disini, bahwa ikhlas itu harus mengandung shidiq (benar)serta haul dan quat (daya upaya) yang menjadi rahasia amal ibadah. Hal ini hanya bisa difahami oleh orang-orang yang mengerti tentang ilmu tauhid yang sempurna.

Oleh karena itu pengertian ikhlas dibagi pada tiga tingkatan:

a. Ikhlas untuk orang yang mukhlisin berangkat dari nafsu kepada Tuhan untuk nafsu. Maksudnya adalah bagi golongan orang yang ahli ibadah, semua amal ibadah mereka hanya dipersembahkan kepada Tuhan, tetapi dibalik amal ibadah mereka ada maksud untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya demi untuk menghindari siksa neraka dengan harapan mendapat tampat yang istimewa di syurga.

b. Ikhlas pada orang yang muhibbin, mereka mengerjakan amal ibadah atas dasar gelora cinta yang membara kepada Tuhan. Amal ibadah mereka tidak dinodai oleh nafsu kesenangan dunia maupun akhirat. Mereka mengerjakannya benar-benar untuk tuhan, tidak mengejar pahala dan tak asa nikmat syurga, juga tidak takut siksa neraka seperti munajat Robi’ah Al-‘Adawwiyah: “Ya Tuhan, aku menyembah kepada-Mu bukan karena takut neraka, juga tidak mengharap syurga-Mu, tetapi aku menyembah-Mu demi mengagungkan-Mu”.

c. Ikhlas bagi orang yang Muhiddin, mereka keluar dari dimensi nafsu untuk memandang kepada af’al Tuhan dan diam akal fikirnya serta istirahat hati dan jiwanya seiring kemesraan bercumbu dengan-Nya. Tentu saja ini ikhlas bagi orang yang telah mengenal ma’rifah, sebab orang yang telah ma’rifah pandangannya selalu tertuju kepada Tuhan, mulai dari segala perbuatan, nama, sifat hingga kepada wujud zat.

Maka dengan demikian mereka tidak merasa punya daya maupun upaya untuk mendirikan amal ibadah atau perbuatan lainnya. Sebagaimana tatkala terdengar seruan kumandang azan pada lafaz “hayya’alas shalah & hayya’alal falah” dijawab dengan kalimat:

“Tidak ada daya dan upaya, kecuali dengan Tuhan yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”.

Jangankan dalam beribadah, mengadu kepada Allah SWT dengan setulus hati, misalnya ketika otak dan rasa sudah demikian membeban, semua kita serahkan kepada Yang Mahakuasa, apa yang dirasakan? Kedamaian. Menurut petuah ulama, kalaulah hati lagi gundah-gelana, berwuduk tengah malam, hamparkan sajadah, sholat malam total berserah diri, hanya satu yang kita peroleh; damai hati. Itu dalam meminta.

Tentu saja kalau ditelusuri lebih jauh, perilaku ikhlas bersumber dari perintah Tuhan yang telah dicontohkan Nabi. Jujur saja, saya jadi ragu ragu dengan perilaku. Ambil misal dalam memberi serta menerima atau dalam melakukan sesuatu. Sebagai manusia tidak steril dari, katakanlah kesenangan diri. Kalau ada teman sharing yang menyampaikan rasa terharunya karena termotivasi, ada selinap bangga ke lubuk dada. Apakah yang sedemikian riya?

Perlu dipertegas bahwa tidak disebut amal ibadah tanpa ikhlas dan tak ada bias ikhlas tanpa shidiq dan tak akan terbit shidiq bila padanya tiada haul dan quat. Sebab manakala seorang hamba beribadah seiring dengan riya’, hal itu menjadi pertanda jiwanya masih diselimuti oleh syahwat yang akan menghilangkan shidiq, karena hakikat shidiq adalah tiada asa dan harap yang terbit dari nafsu untuk nafsu.

Maka seorang hamba yang melahirkan sesuatu dari dirinya tanpa mendatangkan kerusakan baginya adalah tanda amal yang terpuji. Adapun bentuk cinta kasih yang berupa gairah amal yang tumbuh sempurna dari dalam diri itu menjadi perhatian Tuhan pada perhitungan amal kita.

“Sesungguhnya Aku tidak akan melihat bentuk badanmu dan tidak pula melihat berbagai rupa kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati kalian”.

Jika ada informasi lain serta ingin menambahkan silahkan…….

Ini hanya sebuah tulisan yang di ambil dari beberapa sumber,tanpa ada maksud untuk menggurui bro sekalian..karena gue masih harus banyak belajar serta masih mencari jawaban jawaban mengenai banyak hal didalam tingkat bantiniyah gue, maaf kalo ada kesalahan dan kurang berkenan

http://www.duniasex.com/forum/showthread.php?t=115073&goto=nextnewest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar