Laman

Sabtu, 20 Maret 2010

MISTERI di balik tahun Jawa
Menurut Babad Jawa, sejak masa purbakala masayarakat di pulau jawa sudah memiliki kebudayaan asli yang memperhitungkan ilmu perbintangan. Ilmu pengetahuan ini di gunakan masyarakat pada jama tersebut misalnya untuk bertani dan bercocok tanam serta untuk keperluan pelayaran. Ilmu ini di tuangkan dalam Primbon Jawa yang termasuk di dalamnya yaitu Pakuwon, Pranatamangsa, dll.

Sekitar abad pertama masehi, masyarakat jawa kedatangan pengaruh bangsa hindu (india). Bersama dengan kebudayaan asli yang sudah ada, pengaruh kebudayaan hindu ini menelurkan kebudayaan-kebudayaan baru.

Tahun saka

Sejak abad ke-8 masehi, di jawa sudah ada kerajaan hindu jawa yang menggunakan perhitungan waktu berdasarkan sistem kebudayaan asli, kebudayaan hindu, dan kebudayaan baru. Perhitungan waktu pada masa itu telah menggunakan sistem angka tahun menurut Saka, terpengaruh kebudayaan hindu.

Tahun saka di hitung menurut perputaran matahari. Jumlah hari dalam sebulan pada tahun saka berjumlah 30, 31, dan 32 hari pada bulan terakhir, yaitu bulan Saddha. Sehingga setahun berjumlah 365 dan366 hari,terbagi dalam 12 bulan.

Tahun hijriah

Pengaruh kebudayaan hindu yang sangat kuat di tanah jawa akhirnya mendapat saingan dengan datangnya kebudayaan islam. Pengaruh islam semakin kuat sampai akhirnya pada abad ke-16 masehi kerajaan jawa timur mulai menggunakan sistem penanggalan arab yang di sebut tahu hijriah. Sistem penanggalalan ini secara resmi digunakan oleh kerajaan islam, tetapi sebagian masyarakat masih tetap menggunakan perhitungan Saka.

Tahun hijriah adalah termasuk tahun Komariah, yaitu mengikuti perputaran bulan. Dalam satu tahu hijriah berarti bulan mengitari bumi sebanyak 12 kali. Jumlah hari dalam sebulan pada tahun hijriah berjumlah 29 dan 30 hari. Sehingga satu tahu hijriah berjumlah 354 atau 355 hari (bulan zulhijjah berumur 29 atau 30 hari).

Tahun hijriah perlu diberlakukan di jawa pada masa itu karena kerajaan-kerajaan islam harus menyamakan kalender kerajaan dengan peringatan-peringatan dalam agama islam. Pada masa itu, hari-hari besar islam diperingati sebagai acara resmi kerajaan, misalnya idul fitri setiap tanggal 1 syawal, idul adha setiap tanggal 10 zulhijjah, dan mauludan setiap 12 rabi'ul awal yang sasmpi saat ini selalu diperingati secara besar-besaran dalam acara Sekaten.

Tahun jawa

Berdirinya kerajaan Mataram islam memberi warna baru dalam sejarah penanggalan di jawa. Tepatnya ketika pemerintahan Sri Sultan Agung Prabu Anyakrakusuma, ditetapkanlah pemberlakuan Tahun jawa. Adapun sistem penanggalan tahun jawa adalah mengikuti penanggalan hijriah, yaitu berdasarkan perputaran bulan ,atau di sebut komariah. Sistem penanggalan ini disepakati berlaku di seluruh wilayah mataram, yaitu pulau madura dan seluruh jawa (kecuali banten yang bukan kekuasaan mataram). Hari itu jumat legi tanggal 1 muharram 1043 hijriah bertepatan dengan tahun saka 1555, dan tahun 1633 masehi, di tetapkan sebagai awal tahun jawa 1555 (melestarikan peninggalan penanggalan saka).

Ada tiga hal penting dalam pemberlakuan tahun jawa:
1)Mempertahankan kebudayaan asli jawa dengan mewadahi Pakuwon dan sebangsanya yang diperlukan dalam memperingati hari kelahiran orang jawa, mengerti watak dasar manusia dan prediksi peruntungan menurut primbon jawa.

2)Melestarikan kebudayaan hindu yang kaya akan kesusasteraan, kesenian, arsitektur candi dan agama. Hal ini sangat penting karena kebudayaan hindu telah berhasil menghiasi dan memperindah budaya jawa selama berabad-abad sebelumnya.

3)Menyelaraskan kebudayaan jawa dan kebudayaan arab. Siatem penanggalan tahun jawa yang serupa dengan penanggalan hijriah yaitu Komariah, akan memudahkan masyarakat islam di jawa untuk menjalankan ibadahnya dengan hari-hari suci/besar islam.

Dengan begitu, penanggalan tahun jawa mampu mengakomodasi tiga golongan utama masyarakat jawa ketika itu, yaitu golongan orang jawa kuno (asli), golongan masyarakat hindu, dan golongan islam.

http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11228

Tidak ada komentar:

Posting Komentar